Senin, 15 September 2008

Askep Apendisitis

1. Pengertian
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim, Apendisitis, 2007)

2. Letak apendiks.


Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat.
Panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa mengandung amilase dan musin.
Laterosekal: di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding abdomen. Pelvis minor.


3. Penyebab
Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras ( fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid. (Irga, 2007)

4. Patofisiologi
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.

5. Tanda dan Gejala
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius.
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok. (Anonim, Apendisitis, 2007)


6. Pemeriksaan diagnostik
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
Test rektal.
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang.
Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal. Pemeriksaan radiologi Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.

7. Penatalaksanaan
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi
Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Konsep Asuhan Keperawatan Sebelum operasi dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis, disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan kaki dan duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan anastesi.


8. Dampak Apendisitis terhadap Kebutuhan Dasar Manusia
Apendisits dapat memberi gangguan pada Kebutuhan Dasar. Di antaranya :
1. Kebutuhan Dasar cairan. Pemenuhan cairan berkurang karena klien mengalami demam yang tinggi. Pada kasus pasca bedah klien diminta berpuasa sampai etrjadi ising usus atau ditandai dengan klien melakukan flatus. Muntah juga dapat mengurangi kebutuhan cairan klien.
2. Kebutuhan Dasar Nutrisi. Pemenuhan nutrisi berkurang karena pada tanda dan gejala klien mengalami mual, muntah, dan tidak nafsu makan.
3. Kebutuhan Rasa nyaman. Klien mengalami nyeri pada abomen karena peradangan yang dialami. Personal hygiene pun terganggu karena klien mengalami kelemahan sehingga perlu diupayakan pemenuhan personal hygiene untuk mempertahankan intgritas kulit.
4. Kebutuhan Rasa Aman. Klien mengalami kecemasan karena panyakit yang dideritanya cemas bila tidak bisa disembuhkan.

Asuhan Keperwatan pada Klien Apendisitis
Pengkajian
• Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
• Identitas penanggung jawab
• Riwayat kesehatan sekarang.
• Keluhan utama Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu.
• Sifat keluhan Nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai Biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas. Riwayat kesehatan masa lalu Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang Pemeriksaan fisik Keadaan umum Klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
• Berat badan Sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat dan kemungkinan mengalami komplikasi.
• Sirkulasi : Klien mungkin takikardia. Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal. Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang. Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus.
• Pemeriksaan fisik terfokus pada sistem pencernaan pada daerah sekiatar abdomen. Kaji Nyeri/kenyamanan Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
• Keamanan Demam, biasanya rendah.
• Data psikologis Klien nampak gelisah.
• Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang.

Diagnosa keperawatan
• Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual dan muntah.
• Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh.
• Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal.
• Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi kurang.
• Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun.
• Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan

Intervensi keperawatan .
Rencana tujuan dan intervensi disesuaikan dengan diagnosis dan prioritas masalah keperawatan.
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya rasa mual dan muntah, ditandai dengan : Kadang-kadang diare. Distensi abdomen. Tegang. Nafsu makan berkurang. Ada rasa mual dan muntah.

• Tujuan : Mempertahankan keseimbangan volume cairan dengan
• kriteria : Klien tidak diare. Nafsu makan baik. Klien tidak mual dan muntah.
• Intervensi : Monitor tanda-tanda vital.
Rasional : Merupakan indicator secara dini tentang hypovolemia.
• Monitor intake dan out put dan konsentrasi urine.
Rasional : Menurunnya out put dan konsentrasi urine akan meningkatkan kepekaan/endapan sebagai salah satu kesan adanya dehidrasi dan membutuhkan peningkatan cairan.
• Beri cairan sedikit demi sedikit tapi sering.
Rasional : Untuk meminimalkan hilangnya cairan.
• Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh, ditandai dengan : Suhu tubuh di atas normal. Frekuensi pernapasan meningkat. Distensi abdomen. Nyeri tekan daerah titik Mc. Burney Leuco > 10.000/mm3 Tujuan : Tidak akan terjadi infeksi dengan kriteria : Tidak ada tanda-tanda infeksi post operatif (tidak lagi panas, kemerahan).
• Intervensi : Bersihkan lapangan operasi dari beberapa organisme yang mungkin ada melalui prinsip-prinsip pencukuran.
Rasional : Pengukuran dengan arah yang berlawanan tumbuhnya rambut akan mencapai ke dasar rambut, sehingga benar-benar bersih dapat terhindar dari pertumbuhan mikro organisme.
• Beri obat pencahar sehari sebelum operasi dan dengan melakukan klisma.
Rasional : Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus sehingga bab dapat lancar. Sedangkan klisma dapat merangsang peristaltic yang lebih tinggi, sehingga dapat mengakibatkan ruptura apendiks.
• Anjurkan klien mandi dengan sempurna.
Rasional : Kulit yang bersih mempunyai arti yang besar terhadap timbulnya mikro organisme.
• HE tentang pentingnya kebersihan diri klien.
Rasional : Dengan pemahaman klien, klien dapat bekerja sama dalam pelaksaan tindakan.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal, ditandai dengan : Pernapasan tachipnea. Sirkulasi tachicardia. Sakit di daerah epigastrum menjalar ke daerah Mc. Burney Gelisah. Klien mengeluh rasa sakit pada perut bagian kanan bawah.

• Tujuan : Rasa nyeri akan teratasi dengan kriteria : Pernapasan normal. Sirkulasi normal.
• Intervensi : Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri.
Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indiaktor secara dini untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya.
• Anjurkan pernapasan dalam.
Rasional : Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara adekuat sehingga otot-otot menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
• Lakukan gate control.
Rasional : Dengan gate control saraf yang berdiameter besar merangsang saraf yang berdiameter kecil sehingga rangsangan nyeri tidak diteruskan ke hypothalamus.
• Beri analgetik.
Rasional : Sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri (apabila sudah mengetahui gejala pasti).


3. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi kurang. Gelisah. Wajah murung. Klien sering menanyakan tentang penyakitnya. Klien mengeluh rasa sakit. Klien mengeluh sulit tidur

• Tujuan : Klien akan memahami manfaat perawatan post operatif dan pengobatannya.
• Intervensi : Jelaskan pada klien tentang latihan-latihan yang akan digunakan setelah operasi.
Rasional : Klien dapat memahami dan dapat merencanakan serta dapat melaksanakan setelah operasi, sehingga dapat mengembalikan fungsi-fungsi optimal alat-alat tubuh.
• Menganjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi periode istirahat setelah operasi.
Rasional : Mencegah luka baring dan dapat mempercepat penyembuhan.
• Disukusikan kebersihan insisi yang meliputi pergantian verband, pembatasan mandi, dan penyembuhan latihan.
Rasional : Mengerti dan mau bekerja sama melalui teraupeutik dapat mempercepat proses penyembuhan.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun. Nafsu makan menurun Berat badan menurun Porsi makan tidak dihabiskan Ada rasa mual muntah

Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri
• Intervensi : Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien
Rasional : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.
• Perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan nutrisi berfokus pada masalah membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan.
• Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional : Mengawasi keefektifan secara diet.
• Beri makan sedikit tapi sering
Rasional : Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan.
• Anjurkan kebersihan oral sebelum makan
Rasional : Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan
• Tawarkan minum saat makan bila toleran.
Rasional : Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.
• Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan pasien yang menyebabkan distres.
Rasional : Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan.
• Memberi makanan yang bervariasi
Rasional : Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien.

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan.

Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri
• Intervensi : Mandikan pasien setiap hari sampai klien mampu melaksanakan sendiri serta cuci rambut dan potong kuku klien.
Rasional : Agar badan menjadi segar, melancarkan peredaran darah dan meningkatkan kesehatan.
• Ganti pakaian yang kotor dengan yang bersih.
Rasional : Untuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan rasa nyaman
• Berikan HE pada klien dan keluarganya tentang pentingnya kebersihan diri.
Rasional : Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal hygiene.
• Bimbing keluarga / istri klien memandikan
Rasional : Agar keterampilan dapat diterapkan
• Bersihkan dan atur posisi serta tempat tidur klien.
Rasional : Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersih serta mencegah terjadinya infeksi.

Implementasi
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien post apendektomi. Pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen, interdependen dan dependen.
Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua kegiatan yang diprakarsai oleh perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya Pada fungsi interdependen adalah dimana fungsi yang dilakukan dengan bekerja sama dengan profesi/disiplin ilmu yang lain dalam keperawatan maupun pelayanan kesehatan, sedangkan fungsi dependen adalah fungsi yang dilaksanakan oleh perawat berdasarkan atas pesan orang lain.
Evaluasi.
Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien perlu dilakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut : Apakah klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh?. Apakah klien dapat terhidar dari bahaya infeksi?. Apakah rasa nyeri akan dapat teratasi?. Apakah klien sudah mendapat informasi tentang perawatan dan pengobatannya.

Sumber :
1. Suzanne.2002.Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol. 2 alih bahasa : dr. H.Y. Kuncara,dkk. Jakarta. EGC
2. http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/05/askep-apendisitis.html

Jumat, 12 September 2008

Bulan Tarbiyah

Ramadhan Bulan Tarbiyah

Allah telah mewajibkan atas orang-orang beriman satu bulan penuh dalam perjalanan hidupnya selama setahun untuk bercermin melihat wajah bathinnya, membenahi diri dan orientasi hidupnya di hadapan Allah. Allah juga ingin agar kita membongkar timbunan hubbud-dunya agar terbebas dari belenggu dunia menuju akhirat dan menyibak cakrawala iman yang luas membentang.
Sebagaimana kita ketahui, bulan yang dimaksud adalah bulan Ramadhan. Dengan keistimewaan rahmah pada awalnya dan dibebaskan dari api neraka pada akhirnya, tiada hari di sepanjang bulan ini, melainkan dipenuhi dengan nur, maghfiroh dan ditempatkan di atas anak tangga keimanan yang paling tinggi, agar kita dapat mencapai derajat taqwa. Karena itulah umat Islam menghormati dan mengagungkan bulan Ramadhan hari demi hari, dengan harapan mereka dapat memperoleh rahmat, ampunan dan terbebas dari api neraka.
Rugilah orang-orang yang keluar dari bulan ini dengan tangan hampa, tanpa membawa keampunan, semangat baru dan cahaya ma`rifatullah. Rugilah orang-orang yang melewati bulan ini hanya dengan lapar dan haus saja. Dan lebih rugi lagi mereka yang tidak dikembalikan kepada fithrah, dibebaskan dosa-dosanya.
Bulan Ramadhan juga merupakan bulan penempaan diri manusia, karena dalam bulan ini kita lebih mengintensifkan untuk mentarbiyah ruhi, sekalipun terhadap hal-hal yang telah dihalalkan Allah. Dus, apalagi hal-hal yang diharamkan olehNya. Karena itu puasa tidak hanya sekedar menahan lapar dan haus saja, tapi juga menjaga seluruh panca indera kita dari hal-hal yang dilarang Allah, menjaga hati kita agar tak tersibukkan dengan memikirkan urusan-urusan duniawi saja, menjaga mata hati kita agar selalu ingat untuk berdzikir kepada Allah dan tidak dilalaikan oleh hal-hal yang dapat menjauhkan kita dariNya. Namun sebaliknya, didekatkan pada aktivitas-aktivitas yang dapat mendekatkan diri kita kepadaNya. Meluruskan kembali niat kita, bahwa segala aktivitas yang kita lakukan adalah dalam rangka mengharap ridhoNya, bukan karena lainnya. Entah itu popularitas, nama baik atau hal-hal lainnya yang dapat merusak keikhlasan kita. Sehingga amalan kita dapat diterima di sisi Allah.
Kekalahan mental (Inhizamur ruh) atau patah semangat merupakan fenomena yang sangat berbahaya dalam kehidupan `amal Islami. Penyakit ini tidak hanya mengakibatkan loyo, tak bersemangat atau apatis, tetapi juga dapat melemahkan bahkan bisa jadi melumpuhkan gerakan. Karena itu `amal Islami harus selalu tanggap terhadap kemungkinan munculnya gejala penyakit ini dan harus dapat mengantisipasinya secara cepat. Bahkan diperlukan tindakan-tindakan prefentif untuk menghindari kemunculan gejala penyakit ini dikalangan pendukung dakwah. Islam, dalam Al-Quran dan Al-Sunnah, banyak menekankan pentingnya sisi pembinaan ruhiyah bagi setiap muslim. Sebab dengan pembinaan ruhiyah yang baik, mentalitas seorang muslim menjadi kuat, potensi gerakannya berkembang pesat, aktifitasnya meningkat terus dan mampu memikul beban dan tugas-tugas dakwah secara baik. Selain itu ia dapat merasakan nikmatnya iman, zuhud terhadap dunia dan pesonanya, ikhlas dalam beramal, dan ruhaninya penuh vitalitas karena bergizi cukup. Tetapi jika seorang aktivis menelantarkan pendidikan ruhaninya dan membiarkannya tidak terbina dengan baik maka sangat mungkin ia akan terserang penyakit ruhani bahkan tidak mustahil menyebabkan terjadinya inhizamur ruh (kekalahan mental).
Karena itu dalam bulan ini Allah hendak menempa iman orang-orang yang beriman, sehingga naik ke derajat taqwa. Dan bulan Ramadhan merupakan sarana penggodokan mentalitas dan jiwa orang-orang mukmin. Sehingga diharapkan setelah Ramadhan berakhir iman kita telah diperbarui kualitasnya, dikembalikan kepada fithrahnya. Dan hal ini tentunya tak akan tercapai bila kita tidak memahami makna puasa dengan sesungguhnya. Karena puasa bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus saja, tapi juga menjaga hati dan seluruh anggota tubuh lainnya dari hal-hal yang diharamkan Allah. Karena itulah Rasulullah dalam salah satu haditsnya mengatakan bohong/dusta.
Dengan terjaganya hati dan seluruh anggota tubuh kita dari hal-hal yang dilarang Allah, maka akan membuka mata hati kita untuk mengingat alam akhirat. Setelah kita memiliki qosdul akhirah (kecenderungan pada akhirat), maka akan terjauhlah dari sikap hubbud-dunya, karena keduanya tak mungkin berkoeksistensi dalam hati seorang mukmin. Dan bila seseorang sudah terpaut dengan akhirat, maka nafsu dunia menjadi kecil di hadapannya. Dengan shoum, maka nafsu akan terasa ringan/enteng. Rasulullah melukiskan betapa dekatnya jarak antara orang yang shoum dengan malaikat, sampai-sampai mereka dapat mencium bau mulutnya yang melebihi harumnya minyak wangi. Dengan demikian maka kualitas imannya akan naik ke tingkat zuhud yang merupakan anak tangga pertama ke ketinggian ruhi di sisi Allah.
Dengan memiliki sikap zuhud, akan mudahlah bagi kita untuk beramal dan berkorban di jalanNya. Orang yang bersikap zuhud tak akan mengambil dunia untuk dunia itu sendiri, tapi mengambil hanya sekedar yang diperlukan baginya. Seperti yang telah dicontohkan dalam kehidupan Rasulullah dan para sahabat. Karena itulah, mari kita berpuasa dengan sebenar-benarnya puasa. Sehingga setelah puasa berakhir, kita bisa merasakan peningkatan iman kita, dibersihkan dari dosa-dosa dan dikembalikan ke dalam fithrah.
Dalam bukunya Ihya Ulumuddin, Al-Gazali mengatakan ada 6 perkara yang perlu diperhatikan dalam kita berpuasa:
Menahan pandangan dan menjaga hati dari lalai mengingat Allah. Sebagaimana dikatakan Rasulullah, pandangan adalah panah beracun dari iblis. Barangsiapa yang meninggalkan pandangan karena takut pada Allah, maka akan didatangkan oleh Allah kemanisan iman dalam hatinya. (dirawikan Al-Hakim dari Huzaifah dan shahih sanadnya)
Menjaga lidah dari perbuatan yang sia-sia dan berdusta/berbohong. Kalau menahan diri dari makanan dan minuman yang dihalalkan merupakan aspek zhohir dari shoum, maka menahan diri dari ucapan yang diperbolehkan merupakan makna shoum yang sesungguhnya. Sebagaimana dilukiskan Allah dalam QS.19:26. Ucapan Maryam seperti yang telah diabadikan Al Quran ini menunjukkan betapa beliau memahami makna shoum yang sebenarnya. Dengan tidak berbicara sama sekali, Maryam terhindar dari perkataan yang tidak berfaedah. Hal ini juga menunjukkan tingkat kemuliaan seseorang, sebagaimana yang telah dianugerahkan Allah kepada Nabi Zakaria. Lihat QS. 19:7&10.
Mencegah pendengaran kita dari mendengar hal-hal yang dilarang Allah maupun yang bersifat makruh.
Mencegah anggota-anggota tubuh yang lain dari segala hal yang membawa dosa. Demikian juga makanan dan minuman yang subhat ketika berbuka.
Tidak berlebih-lebihan sewaktu berbuka puasa. Seperti yang dijelaskan dalam hadits Rasulullah bahwa kita berhenti makan sebelum kenyang. Maka bagaimanakah dapat memperoleh faedah puasa dan menundukkan hawa nafsu bila diperoleh oleh yang berpuasa ketika berbuka, apa yang tidak diperolehnya pada siang hari? Bahkan kadang-kadang bertambah lagi dengan berbagai macam makanan, sehingga berjalanlah kebiasaan dengan menyimpan segala macam makanan di bulan Ramadhan. Padahal puasa merupakan sarana latihan untuk bersikap pertengahan dan sederhana dalam segala hal. Karena bila perut kenyang, akan memperberat ibadah. Sebaliknya, bila makan sekedar apa yang diperlukan tubuh agar kuat beribadah, maka akan jernihlah hati dan ringan untuk mengerjakan ibadah. Sehingga dengan demikian kita berharap dapat dibuka untuk memandang alam yang tinggi. Dan malam lailatul qodar adalah malam yang terbuka padanya suatu dari alam malakut. Sebagaimana difirmankan Allah dalam QS.Al-Qadr ayat 1, yang artinya "Sesungguhnya Al-Quran kami turunkan pada malam lailatul qodar". Dan bila kita masih menjadikan antara hati dan dadanya, tempat penyimpan makanan, maka akan terhijab dari padaNya. Sedang mengosongkan perut saja belum mencukupi untuk mengangkat hijab, sebelum cita-citanya atau tujuan hidupnya kosong selain dari Allah. Dan itulah intinya. Dan pangkal dari semuanya ialah menyedikitkan makanan.
Sesudah berbuka, hatinya bergantung dan bergoncang antara takut dan harap, karena tidak mengetahui apakah puasanya diterima atau ditolak. Dan hendaklah hal ini dilakukan pada akhir tiap-tiap ibadah yang dikerjakan. Karena itu, marilah kita berupaya agar dapat berpuasa dengan sebenar-benarnya puasa, sehingga ruh keimanan kita akan naik, menjenguk alam malakut dan terbuka kerinduan pada alam akhirat. Itu sebabnya, Allah memberikan pujian kepada para Nabi-NabiNya, karena mereka selalu mengingatkan manusia kepada negeri akhirat. Firman Allah dalam QS. Shod: 45-47. Artinya: "Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya*qub yang telah melakukan kerja besar dan memiliki ilmu yang tinggi. Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka (menganugerahkan mereka akhlak yang tinggi) yaitu selalu mengingatkan manusia kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar- benar termasuk orang-orang pilihan Kami yang terbaik".
Allah juga membedakan ibadah shoum dari lainnya. Pada ibadah shoum Allah justru melarang malaikat untuk mencatat pahala ibadahnya. Kalau setiap kebaikan dibalas 10 kali lipat bahkan 700 kali lipat, maka untuk shoum, kataNya: "Kecuali shoum, maka yang ini untukKu dan Aku yang membalasnya".
Allah juga memberitahukan kepada orang yang shoum tentang kelebihan yang dimilikinya. Pertama, kebahagiaan ketika menjelang berbuka, yang kedua adalah kebahagiaan ketika berjumpa dengan Sang Pencipta. Kalau bertemu dengan orang terkenal dan penting saja, kita merasa bahagia maka bagaimana halnya jika bertemu dengan Yang Maha Terkenal dan Maha Penting?
Tentu saja besar kecilnya kebahagiaan seseorang bertemu dengan Sang Pencipta berbanding lurus dengan sejauhmana ia mengenal Allah (ma`rifatullah) dan seberapa penting arti Allah bagi dirinya. Tentunya, semakin dalam keimanan seseorang, semakin jauh ia mengenal Allah dan semakin penting arti Allah bagi dirinya.
Demikianlah makna shoum secara ruhiyah. Marilah kita berusaha semaksimal mungkin untuk berusaha mencapainya agar kita dapat termasuk dalam deretan para Ash-Shiddiqie, Syuhada dan Sholihin. Sungguh, apakah ada nilai yang lebih tinggi dari ini?
Dari segi tarbiyah jasmaniyah, dalam shoum terkandung nilai-nilai kesehatan yang telah diketahui dan belum diketahui orang. Sementara itu ilmu kedokteran masih terus berusaha untuk menangkap dan mengungkap tabir-tabir rahasia tersebut. Hal ini menunjukkan betapa Allah tau persis tentang masalah kita, yang Dia sendiri tidak memiliki keperluan terhadap hal tersebut. Kitapun baru mengetahui manfaatnya setelah ilmu kedokteran dan kesehatan mengungkapnya.
Dengan demikian shoum merupakan sarana terapi/ pengobatan bagi kesehatan jiwa dan juga badan, yang harus dilakukan dengan sepenuh hati tanpa terlebih dahulu menunggu hasil pembuktian-pembuktian medis tentang hal itu. Sementara masih banyak lagi tabir lain yang belum dapat diungkap atau ditembus. Hanya Sang Penciptalah yang mengetahui semua itu.
Sejarah Islam telah membuktikan bahwa shoum tidak mengurangi bobot kekuatan fisik kaum muslimin. Hal ni dibuktikan dengan kenyataan bahwa perang Badr dan Fathu Mekkah terjadi di bulan Ramadhan.
Sebaliknya, goyahnya kaum muslimin dalam perang Uhud, bukan dikarenakan kelemahan mereka dan kekuatan ketangguhan pasukan kuffar, namun terletak pada kesalahan kaum muslimin sendiri. Penyakit hati, kaburnya tujuan, silang pendapat dalam tubuh barisan, indisipliner terhadap perintah (Rasul), kecenderungan dunia yang lebih dominan daripada akhirat lah yang menjadi biangnya. Lihat QS. 3:152.
Demikianlah pasukan muslim pulang dengan membawa kekalahan berat, setelah terlebih dahulu syetan berhasil menggoyahkan hati mereka. Tertipu oleh dunia dan juga oleh jumlah pasukan mereka yang banyak. Lihat QS.9:25-26.
Allah tidak akan menurunkan pasukan malaikatNya kepada kelompok yang merasa bangga dengan banyaknya jumlah mereka dan menganggap kemenangan pasti berada di pihak mereka. Terbukti kemudian mereka merasa sempit dan berhasil dipukul mundur oleh musuh-musuh mereka.
Setelah orang-orang mukmin masih setia kepada Rasul yang segera menyerukan, "Aku ini Rosul Allah, tidak berdusta. Aku anak cucu Abdul Muthalib", barulah Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul dan orang-orang yang beriman berupa bala tentara yang tidak mereka lihat.
Namun sayang, saat ini kita menyaksikan hal yang berbeda. Shoum menurunkan produktivitas seseorang. Baik dia bekerja sebagai kuli, petani atau pedagang. Bahkan pekerjaan-pekerjaan tersebut dijadikan alasan untuk meninggalkan shoum. Padahal kalau shoum memang melemahkan kekuatan fisik manusia, tentu Allah tidak akan mensyariatkannya, dan pasti orang-orang beriman dahulu tidak akan sanggup bertempur pada hari Badr dan pada saat Fathu Mekkah yang semuanya berlangsung di bulan Ramadhan. Semuanya ini dikarenakan kurangnya iman, kerancuan berpikir, dominasi dunia dalam hati (hubbud-dunya) dan dominasi syetan dalam mengikis sisa-sisa iman orang-orang mukmin.
Nah, marilah kita sambut bulan Ramadhan dengan sepenuh hati. Kita jaga seluruh jiwa kita, hati dan panca indera serta anggota tubuh lain dari hal-hal yang dapat merusak nilai-nilai ibadah shoum kita. Hari-harinya kita penuhi dengan pembacaan dan mentadabburi Al-Quran, serta berusaha mengamalkan isinya. Marilah kita sambut bulan penuh rahmah ini. Kita hadapkan hati dan pikiran pada Allah, sehingga kita keluar dari bulan ini dengan membawa ampunan dari Allah, dikembalikan kepada fitrah. Dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan ! Semoga !